Kisah ini menceritakan tentang sekumpulan kepiting dalam
baskom. Setiap kepiting berusaha keluar dari baskom menggunakan
capitnyaa, akan tetapi selalu tidak berhasil karena selalu ditarik oleh
kepiting yang lain. Kejadian itu berlangsung terus menerus, sehingga
tidak ada satupun kepiting yang keluar dari baskom.
Perilaku kepitingi ini sebagai gambaran sifat iri dan dengki. Manusia
tanpa disadari kadang bersikap seperti kepiting dalam baskom yang tidak
senang melihat orang lain berhasil atau sukses. Senang melihat orang
lain susah dan susah melihat orang lain senang.
"Jangan merasa iri ataupun menghalangi kesuksesan orang lain, karena
setiap manusia mempunyai hak untuk sukses!"
Siti Nurbaya adalah seorang gadis
cantik putri dari Baginda Sulaiman, salah satu saudagar yang kaya di kotaPadang.
Ia mempunyai kekasih bernama Samsulbahri, putra dari Sutan Mahmud, salah satu
penghulu di kotaPadang.
Datuk Meringgih adalah seorang yang
kaya tetapi sifatnya sangat jahat. Ia juga seorang saudagar yang sukses di kotaPadang.
Karena Baginda Sulaiman juga seorang saudagar yang sukses, Datuk Meringgih
merasa ada saingan, sehingga Datuk Meringgih sangat tidak suka kepada Baginda
Sulaiman. Datuk Meringgihpun berusaha menjatuhkan Baginda Sulaiman dari
usahanya dengan membakar toko, menenggelamkan kapal yang dimilki baginda
sulaiman, dan juga meracuni pohon kelapa sehingga pohon tersebut tidak berbuah.
Dari kejadian tersebut maka Baginda
Sulaiman yang dulunya kaya menjadi miskin, sehingga ia meminjam uang kepada
Datuk Meringgih untuk memulai usahanya lagi. Tetapi usahanya tiada sukses dan
Baginda Sulaiman tidak bisa membayar hutang kepada Datuk MEringgih. Datuk
Meringgih mengancam Baginda Sulaiman, jika tidak bisa membayar hutang, rumah
beserta isinya akan disita dan dimasukkan ke penjara, tetapi jika menyerahkan
Siti Nurbaya untuk menjadi istrinya segala hutang akan dihapuskan.
Demi menolong ayahnya akhirnya
Nurbaya mau menjadi istri Datuk Meringgih dan tidak jadi menikah dengan Samsu.
Di lain pihak Samsu, kekasih Nurbaya tidak bisa menolong karena ia berada di Jakarta untuk sekolah
dokter. Tetapi selama menjadi istri Datuk Meringgih, Nurbaya tiada mendapatkan
kebahagiaan, malah kesengsaraan yang ia dapat.
Pada bulan puasa, sekolah di Jawa
libur, sehingga Samsu pulang ke kampung halamannya, Padang. Sesampainya di Padang ia segera menemui Siti Nurbaya,
kekasihnya. Di lain pihak Datuk Meringgih mengetahui hal tersebut dan marahlah
ia, sehingga perkelahian terjadi. Karena perkelahian tersebut, Samsu diusir
oleh Ayahnya, Sutan Mahmud dan Samsupun lari ke Jakarta.
Nurbaya yang tersiksa di Padang akhirnya menyusul Samsu ke Jakarta, tetapi hal tersebut diketahui oleh
Datuk Meringgih. Sesampainya di Jakarta Nurbaya langsung dipulangkan ke Padang karena dituduh
melarikan harta Datuk Meringgih.
Kerena usaha hendak membinasakan
Siti Nurbaya selalu gagal, akhirnya Datuk Meringgih mengutus anak buahnya untuk
meracuni Siti Nurbaya. Sehingga Siti Nurbayapun meninggal. Mendengar kematian
Siti Nurbaya Ibu Samsulbahri yang sedang sakit langsung terkejut dan Ibu
Samsulbahripun meninggal juga.
Kabar tentang kematian Siti Nurbaya
dan Ibu Samsu sampailah ke tangan Samsulbahri melalui surat. Ketika membaca surat tersebut menangislah Samsu dengan
tersedu-sedu, karena orang yang dikasihinya meninggalkan dirinya untuk
selama-lamanya. Samsulbahripun sangat berputus asa dan ingin membunuh diri.
Pada suatu hari Samsu hendak membunuh diri dengan menembakkan pistonya ke
kepalanya, tetapi karena kaget oleh teriakankawannya,peluru yang ditembakkan
hanya melukai tulang kepalanya tidak sampai ke otak, sehingga selamatlah ia.
Berkali-kali Samsu hendak membunuh diri karena putus asanya dia, tetapi
usahanya selalu saja gagal. Sehingga Samsu masuk tentara Belanda agar segerelah
mati di medan
pertempuran.
Setelah sepuluh tahun kemudian di Padang terjadilah
kerusuhan masalah belasting. Belasting adalah pajak yang harus dibayarkan pada
tiap tahunnya kepada pemerintah Belanda akan harta benda yang dimiliki pada
setiap penduduk. Samsu yang menjabat letnan dikirim ke Padang untuk menyelesaikan masalah belasting.
Pada pertempuran tentara belanda
yang dipimpin oleh Samsu di Padang
ternyata pemimpin pemberontakan adalah Datuk Meringgih, sehingga Samsu sangat
ingin membunuhnya. Tetapi pada pertempuran satu lawan satu datuk meringgih
terkena peluru dan Samsu kepalanya terkena pedang, sehingga Samsu luka parah
dan dibawa ke rumah sakit. Akhirnya setelah bertemu dengan ayahnya Samsulbahri
akhirnya meninggal dan minta dikubur di dekat makam Siti dan Ibunya, dan tak
lama kemudian Sutan Mahmud ayahanda Samsu turut meninggal karena menyesal akan
kesalahannya mengusir Samsu.